Rabu, 30 Mei 2012

Nasionalisme dan Regionalisme di Amerika Latin


Nasionalisme dan Regionalisme di Amerika Latin
Nasionalisme muncul dan berkembang menjadi sebuah paham (isme) yang dijadikan sebagai landasan hidup bernegara, bermasyarakat dan berbudaya dipengaruhi oleh kondisi histori dan dinamika sosio kultural yang ada di masing-masing negara. Rasa Nasionalisme telah timbul di hati rakyat Amerika Latin sejak perjuangan rakyat merebut kemerdeka`n dari penjajahan Spanyol, Portugal dan Perancis. Rasa Nasionalisme makin tumbuh pada masa perang saudara dan revolusi. Lima faktor mendorong tumbuhnya nasionalisme di Amerika Latin yang umumnya bersifat asing:
v  Penjajah asing,
v  Pemerasan oleh gereja,
v  Intervensi asing,
v  Kekhawatiran akan pengaruh asing,
v  Nasionalis.
Faktor penjajah Spanyol/Portugal selama tiga abad merupakan faktor terpokok. Berjuang melawan penjajahan asing merupakan tindakan yang patriotik dan revolusioner. Patriotisme inilah yang akan menghablur kedalam paham tentang pentingnya bangsa, jiwa dan tujuan perjuangan bangsa, jiwa dan tujuan perjuangan bangsa dan nasionalisme. Terutama Spanyol sendirilah yang ikut menumbuhkan nasionalisme itu, justru dalam waktu yang lama setelah tercapainya kemerdekaan bekas daerah jajahannya, Spanyol tidak mau mengakui mereka, sedangkan disisi lain Portugal telah mengakui kemerdekaan Brasil (1825) dan Pereancis telah mengakui pula kemerdekaan Haiti (1825).
Pemerasan gereja terhadap rakyat terutama dalam persoalan tanah dan kekayaan negara, serta pengkristenan golongan rendah dari lapisan masyarakatyang dilaksanakan oleh pendeta Spanyol, rakyat merasa ada pemerasan orang-orang yang datang dari Spanyol dan oleh Pemerintah Spanyol diseberang lautan. Sistem Katolisme Roma berpusat di Italya, dan hierarki gereja yang dibawanya serta memperuncing perbedaan kelas-kelas sosial yang telah ada. Banyak pendeta Katolik yang tidak hanya aktif, tetapi menjadi tokoh-tokoh nasional dalam perang kemerdekaan dan revolusi, disisi lain masih banyak yang bersifat pasif dan cenderung kontrarevolusioner. Inilah sebabnya, mengapa di Meksiko gereja dipisahklan jauh dari negara, yang berlangsung juga sampai sekarang, ini semua terjadi setelah selesainya tahap pertama Revolusi (1910-1920), dalam Konstitusi tahun 1917. Namun anti pendeta, anti gereja tidak selalu berarti anti Katolisme. Intervensi asing dalam masa-masa perang kemerdekaan dan begitu pula dalam masa-masa perang kemerdekaan dan begitu pula dalam masa perang saudara atau revolusi, meerupakan duplikasi dalam bentuk mini datangnya kembali penjajahan asing.
Telah kita ketahui adanya intervensi asing di Amerika Latin . Antara tahun 1585-1700 Inggris menjarahi jajahan-jajahan Spanyol di Karibia dan Amerika Tengah. Dalam tahun 1621 armada Piet Heyn, Hendrik Brouwer dan Van Horn dari Belanda mer`mpas pulau-pulau kecil jajahan Spanyol di Karibia.dalam tahun 1700an Perancis berbuat yang sama terhadap jajahan Spanyol di Amerika Latin. Dalam  abad 19 Venezuela diserang oleh Inggris, Jerman dan Italia karena perusahaan-perusahaan Venezuela tidak melunasi hutangnya pada perusahaan-perusahaan Venezuela. Intervensi ini kemudian melahirkan Doktrin Drago yang terkenal. Kemudian ada intervensi Amerika Serikat pada perang saudara di Meksiko. Presiden Monroe menyatakan banwa setiap campur tangan negara-negara Eropa terhadap negara-negara yang baru merdeka dikawasan Amerika, akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat terhadap Amerika Serikat, pada kongres Amerika Serikat tanggal 2 Desember 1823.
Pergerakan politik di Amerika Latin belakangan ini tidak lagi berada dibawah naungan ideologi politik tertentu. Konsep tentang  “revolusi” dan “pembebasan” telah menjadi elemen penting dalam semua diskursus politik Amerika Latin entah dengan ideologi apapun. Baik yang beraliran politik kiri, tengah atau kanan, selalu saja ada yang harus dibebaskan dengan pergerakan revolusi bila perlu. Masalahnya tidak satupun pergerakan pembebasan atau revolusi menjadi sesuatu yang permanen ketika pergerakan itu terjadi. Gerakan peronisme di Argentin misalnya akhirnya diganti dengan gerakan lain. Satu-satunya gerakan revolusioner yang masih bertahan sampai sekarang ada di Cuba.
Gerakan revolusi di Amerika Latin sekarang ini lebih menjadi sebuah gerakan “populisme”  dan gerakan “nasionalisme”. Gerakan populis yang bisa saja menggunakan ideologi tertentu, untuk mengganti struktur sosial, ekonomi dan politik secara radikal, atau membangun ide atau nilai-nilai baru atas pemerintahan yang korup atau juga mungkin karena ingin membangun sebuah interes nasional dalam bidang ekonomi.  Situasi ini membuat pergerakan populis ini bisa terjadi setiap saat apalagi didukung oleh nilai kristianisme yang getol melawan ketidakadilan dalam masyarakat, masyarakat dengan mudah melakukan gerakan populis. Gerakan nasionalisme yang dulunya adalah gerakan antiimperialisme, sekarang ini telah menjadi gerakan perubahan. Gerakan nasionalisme banyak terjadi di tahun 1960an sampai tahun 1970an yang diawali dengan Gerakan Revolusi Cuba. Dan umumnya mereka bergerak dengan kekuatan senjata, yang bergerak dengan cara bergerilya dibawah sebuah organisasi yang bernama pergerakan pembebasan nasional. Di tingkat antar negara terjadi penyatuan Amerika Latin. “Integrasi Amerika Latin” telah menjadi bagian dari gerakan populis dan gerakan nasional di setiap negara.
Jika dulu ada ketakutan pada ancaman komunisme, sekarang ini ancaman yang terbesar di Amerika Latin justru dari gerakan populis dan nasionalisme. Kalau gerakan populis biasanya ruang geraknya terbatas di wilayah tertentu, tetapi gerakan nasionalisme hampir terjadi di seluruh daratan Amerika Latin. Dan yang menarik gerakan-gerakan ini tidak memiliki musuh yang jelas seperti dulu misalnya komunisme atau liberalisme. Pergerakan nasionalisme sekarang berada dalam semua ideologi politik termasuk liberalisme, sosialisme dan komunisme juga.
Secara umum gerakan populis atau nasionalisme yang ada memiliki relasi yang erat dengan perkembangan politik di seluruh daratan Amerika Selatan. Gerakan populis progresif Lula yang sekarang terus dikembangkan oleh Dilma misalnya akan menjadi motor pergerakan bagi sahabat-sahabat politik Brasil misalnya Paraguay, Ecuador, Bolivia, Venezuela, Honduras, Guatemala, Republica Dominicana dan Cuba. Umumnya gerakan populis dan nasionalisme yang dibangun di sini adalah “pengambilalihan atau pengalihan” sistem ekonomi yang sebelumnya terkonsentrasi di tangan Trans National Companies untuk dikembalikan ke Negara.
Jika dianalisis lebih jauh, umumnya yang terjadi adalah elit-elit politik kiri yang memanfaatkan konflik-konflik sosial dalam negaranya supaya mendapat kekuasaan. Misalnya di Venezuela ketidakadilan dalam pendistribusian hasil pembangunan yang mengakibatkan konflik sosial di mana-mana,  dimanfaatkan oleh Hugo Chavez untuk mengambilalih kekuasaan, walaupun kemudian dia jatuh dalam jurang yang sama, sistema perekonomian yang dibangunnya mengalami kesulitan. Umumnya negara-negara dalam gerakan nasionalisme seperti ini lebih berkonsentrasi dalam kekuatan politik daripada dalam kekuatan ekonomi. Ekuador dan Bolivia misalnya, lebih mementingkan bagaimana supaya sistem politik yang mereka bangun bisa langgeng daripada masalah ekonomi. Masalah ekonomi dilihat sebagai bagian dari masalah politik.
Selain kelompok itu ada kelompok yang berlawanan dengan gerakan populis progresif kiri, yakni gerakan politik tengah-kanan yang lebih mementingkan perkembangan ekonomi dalam sistema perpolitikan mereka. Negara ini umumnya berada di bagian pantai lautan Pasifik, mulai dari Uruguay, Argentina, Chile, Peru, Colombia, Panama, Costa Rica dan Mexico. Di negara-negara ini aliran moderat kanan masih memegang kendali pemerintahan, tetapi selalu berada dalam bayangan gerakan populis progresif kiri yang selalu menggunakan konflik sosial dalam negeri sebagai cara untuk merongrong kekuasaan atau mengambil alih kekuasaan. Peru misalnya konflik sosial yang terjadi di berbagai daerah dimanfaatkan oleh kelompok kiri progresif untuk mengambilalih pemerintahan. Seorang pemimpin dinilai dari hubungan antara-manusianya daripada hubungan antar-persoalan. Seorang pemimpin harus pula bersifat berani dan jantan. Kejantanan mengusir penjajah, berkelahi, bertempur merupakan atribut dari pahlawan nasional, atribut dari nasionalisme. 
Regionalisme di Amerika Latin
Walaupun nasionalisme begitu menjiwai rakyat dan pemimpin-pemimpin Amerika Latin, mereka tidak lupa pula perlunya koordinasi dan persatuan antar-negara Amerika Latin sendiri, perlunya regionalisme untuk membina kawasan Amerika Latin. Kita telah mengetahui bahwa bentuk-bentuk Uni dan Konfederasi telah pernah dicoba di Amerika Tengah (Union of Mexico, United Provinces of Central America) dan di Amerika Selatan (Colombia Raya). Namun karena cetusan pribadi manusia Amerika Latin lebih kuat dari cetusan kepentingannya, tuntutan nasionalisme lebih kuat daripada regionalisme atau internasionalisme, usaha-usaha ke arah persatuan kawasan berjalan dengan sangat sulit dan lamban. Faktor-faktor yang mendorong timbul dan tumbuhnya regionalisme di Amerika Latin adalah dua, intern dan ekstern.
Rasanya tidak keliru jika dinyatakan bahwa baik pada negara nasional baru maupun negara nasional yang sudah lama, regionalisme itu sesungguhnya adalah manifestasi dari integrasi nasional yang terhenti, terganggu, belum selesai atau justru mangalami retrograsi. Sesungguhnya ada unsur nasionalisme di dalam regionalisme, yaitu kehendak untuk membangun masa depan bersama dari penduduk yang mendiami wilayah tertentu, yang secara ekonomi, politik dan kultural merasa merupakan suatu komunitas yang mempunyai rasa solidaritas yang erat. Masalahnya adalah bibit nasionalisme itu belum atau tidak lagi diletakkan dalam konteks nation-state yang lebih luas, walaupun wilayah tersebut secara yuridis konstitusional merupakan wilayah dari nation-state tersebut. Dengan demikian, dalam jangka pendek regionalisme akan mewujudkan konflik penguasaan teritorial, dalam jangka panjang merupakan konflik ideologi, ekonomi, politik, dan kultur. 
Kedalam, negara-negara Amerika Latin memandang perlu adanya kerjasama kawasan (regional cooperation) untuk bersama-sama mengkonsolidasikan hasil-hasil perang kemerdekaan dan revolusi. Mereka memandang penting pula adanya kerjasama dalam membangun masyarakat Amerika Latin, walaupun masing-masing pemerintah akan menetapkan polanya sendiri. Ke luar Amerika Latin masih melihat adanya bahaya yang mengancam, baik yang berupa intervensi fisik dan politik yang kasar, maupun yang berupa penetrasi sosial, ekonomis dan kultural, serta bentuk-bentuk baru dari subversi asing yang lebih halus ramifikasinya.
Tidak ayal lagi bahwa tokoh awal yang patut kita kemukakan dalam pembina regionalisme ini adalah Simon Bolivar sendiri. Betapa besar hasil-hasil perjuangan ini dalam merebut kemerdekaan bangsa-bangsa di Amerika Selatan dan Kaibia tidak perlu disangsikan lagi. Sejarah mencatat pula betapa besar harapan dan usahanya untuk mempersatukan negara-negara yang baru merdeka itu, melihat adanya tendesi perpecahan antar-bangsa. Mula-mula ia mensponsori Kongres panama (Juni-Juli 1826) antara Colombia, Amerika Tengah, Peru dan Meksiko, untuk membicarakan masalah-masalah ke Amerika Latin. Hasilnya tidak memuaskan. Dua kali Meksiko berusaha mengundang konperensi negara-negara Amerika Latin (tahun 1831 dan 1838), ini pun gagal.
Sementara itu Bolivar dengan pedih menyaksikan robohnya bangunan yang telah ia susun dengan hati-hati, Colombia Raya. Ia sendiri hampir mati karena percobaan pembunuhan, bukan oleh musuh melainkan oleh kawan seperjuanagannya sendiri. Apa yang dicita-citakannya adalah adanya pemerintahan yang stabil, yang sesuai dengan tuntutan situasi, yang menghayati semangat rakyat, dan terutamapemerintahan yang dapat membebaskan Amerika Latindari ketidaksepakatan yang terus-menerus, dari jurang kebencian.
Dalam keadaan sakit parah, dalam perjalanan akan berobat ke Eropah, dengan dicekam rasa kekecewaan yang mendalam, ia masih menerima berita duka, bahwa kawan seperjuangannya dan bekas letnannya yang paling cakap, yakni Jenderal Jose Antonio de Sucre, telah meninggal dunia akibat pembunuhan. Ia mengurungkan maksudnya berobat, ke Santa Marta di tepi pantai Colombia, di mana pahlawan ini kemuudian meninggal dunia (Desember 1830). Sebelum itu ia telah menulis sepucuk surat kepada salah seorang sahabat karibnya, di mana anatanya diutarakan, “He who dedicates his services to a revolution ploughs the sea ?” Nampak benar keputus-asaan pahlawan ini pada akhir hayatnya, walaupun telah begitu besar jasa-jasanya dalam perjuangan merebut kemerdekaan Amerika Latin, dan dalam membina persatuan di kawasan ini.
Bolivar gagal dalam aspek regionalisme ini, namun gagasannya hidup terus dan menjadi perintis dari gagasan-gagasan regionalisme dan kerjasama regional di kemudian hari. Setelah Kongres Panama, timbullah Kongres di Peru (Lima,1847) antara Peru, Bolivia, Chili, Ecuador, dan Granada Baru. Antara tahun 1847-1848 saja ada 19 pertemuan-pertemuan sejenis. Tercapai “Continental Treaty” antara Peru, Chili dan Ecuador (15 September 1856 di Santiago de Chile). Sebagai contoh, yang baru terjadi, ialah Konperensi AntarAmerika dari negara-negara Karibia di Havana/Kuba (1939), dan di sektor ekonomi antaranya timbul River Plata Regional Economic Conference di Montevideo, (Januari-Pebruari1941). Setelah Perang Dunia kedua, Meksiko menjadi tuan rumah dari Inter-American Conference on the Problems of War and Peace (Meksiko City, 1945).
Kongres IX dari negar-negara Amerika di Bogota tahun 1948 berhasil menyelesaikan Piagam Organization of American Staes (OAS). Kini timbul puluhan lembaga koordinasi dan kerja sama regional di kawasan ini (baik yang bersifat tetap atau temporer), misalnya CEPAL (Comision Economica Para La America Latina), ALALC (Asociacion Latino Americano de Libre Comercio), SELA (Sistema Economica Latino America). Disamping itu sejak berakhirnya Perang Dunia II hingga tahun 1947 saja telah terjadi 12 kali pertemuan konsultasi tingkat menteri luar negeri negara-negara kawasan Amerika.


 
DAFTAR PUSTAKA
Mukmin Hidayat.1981.Pergolakan Di Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini.Jakarta Timur: Ghalia Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar